Pengamat Satwa Liar IPB: Pandemi Corona, Kebun Binatang Sangat Kritis – Satu per satu Kebun binatang di Indonesia mulai gelagapan. Mereka kesusahan menghidupi satwa- satwanya di era endemi corona. Sebagian ladang fauna juga memotong jumlah pakan binatang.
Pengamat Satwa Liar IPB: Pandemi Corona, Kebun Binatang Sangat Kritis
wildrye – Semarang Zoo mulai menggabungkan daging lembu dengan ayam buat pakan singa. 2 tipe binatang besar itu saat sebelum endemi cuma makan daging lembu asli. Tanpa kombinasi. Juga sedemikian itu, bagi Ketua Semarang Zoo Syamsul Bahri Siregar, pergantian tipe pakan itu tidak—atau belum—berpengaruh ke kesehatan binatang.
Melansir kumparan.com, “ Mereka( harimau- harimau serta singa- singa) sedang lemu( gendut) serta mudah- mudahan segar,” tutur Syamsul.
Baca juga : Pengamat Usul Harus Ada Lahan untuk Habitat Satwa Liar
Tetapi, bagi Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang pula pengamat binatang buas, Guru besar Hadi Alikodra, ladang fauna tidak bisa dengan mudahnya menggonta- ganti standar pakan satwanya, sebab itu hendak berefek pada tingkatan tekanan pikiran binatang. Akibat terburuknya: kematian massal binatang ladang fauna.
Oleh karena itu, Alikodra menganjurkan supaya seluruh pihak bahu- membahu melindungi satwa- satwa di ladang fauna. Terlebih di antara mereka ada binatang endemik yang nyaris musnah semacam gembong sumatera.
Bagaimana Anda melihat kondisi satwa kebun binatang di masa pandemi corona ini?
Dengan cara besar betul, semenjak ditutup sebab endemi corona, mereka pastinya tidak terdapat pendapatan buat 2 perihal: para penjaganya sendiri, serta binatangnya.
Alhasil otomatis keselamatan binatang menurun, bagus dari bidang pakan, dari bidang kesehatan, dari bidang perasaan—sedih; ia kan pula memiliki perasaan.
Dengan terus menjadi berkurangnya pengawal binatang, pula berubahnya tipe- tipe pakan, contoh yang umumnya makan pisang ijo kemudian saat ini pisang raja, itu pula mempengaruhi.
Prinsipnya, mereka terletak dalam situasi yang kurang aman, alhasil hendak menimbulkan tekanan pikiran. Serta tekanan pikiran hendak menimbulkan kematian. Itu prosesnya.
Jadi dampak pengurangan makanan ke perlindungan satwa itu berpengaruh langsung?
Itu kan kerutinan yang berganti. Misalnya menurun satu kilo ataupun 2 kilo dari jatah umumnya. Meski berkata makannya cukuplah jika 2 kilo, tetapi terdapat kerutinan( yang berganti).( Ini pertanyaan) sikap, kenikmatan, rasa nyaman.
( Binatang) kan telah lazim dengan sistem yang dahulu berhari- hari jadi modelnya. Jadi jika terdapat penurunan, paling utama santapan,( berakibat).
Terdapat aspek pembatasnya: santapan serta air. Santapan itu bukan cuma jumlah, tetapi pula mutu. Kemudian kerutinan ia makan apa. Jika umumnya makan daging fresh,( saat ini) dikasih daging yang tidak semacam umumnya, yang hendak terjalin merupakan animal stress sebab kebiasaannya tidak tercukupi.
Pertanyaan air( juga sedemikian itu). Pula pertanyaan partnernya ia, contoh aparat yang umumnya tiba, ngelus- ngelus, ataupun membersihkan serta mensterilkan kandangnya, kemudian seketika beliau tidak terdapat. Itu dapat( menimbulkan) tekanan pikiran luar lazim.
Fauna itu sejenis orang. Kita sih dengan cara orang dapat melaksanakan koreksi, tetapi ia kan terkait orang. Terkait pada sang manajernya, sang pawangnya.
Nah, jika ini hingga 3 bulan sedemikian itu, aduh, repot itu. Kurangi pekerja, kurangi aransemen santapan, kurangi mutu, itu beresiko.
Ada satwa yang “Puasa Daud” dan cara itu sebetulnya sudah dilakukan sejak sebelum pandemi. Katanya, itu memang cara hewan liar makan habitatnya?
( Binatang) ini bukan fauna buas lagi. Ini fauna buas yang telah dipelihara di ladang fauna. Terdapat suasana yang terkini. Jika di alam buas dapat( bertahan) bisa jadi, sebab ia lazim sehari- dua hari tidak makan.
Tetapi semenjak tiba di ladang fauna, ia“ dimanjakan”. Kerutinan di alam buas itu dirombak dengan masa terkini. Kualitasnya jadi beda. Demikian tahun di ladang fauna itu berganti.
Seperti manusialah. Kita 3 kali makan, dengan jatah makan yang macam- macam. Kemudian diganti saja coba, Puasa Daud, tidak kokoh aku. Jadi janganlah begitulah( serupa binatang) jika bagi aku. Binatangnya tidak segar.
Sejumlah kebun binatang bilang, penyesuaian-penyesuaian itu tak terlalu berpengaruh ke satwa. Dan paling tidak mereka jadi bisa bertahan 2-3 bulan.
Betul, tetapi kan maksudnya senantiasa, terdapat penurunan standar. Jika pangkal anggaran, aku sedang optimis. Satu, terdapat penahanan dari tiap- tiap ladang fauna. 2, mestinya terdapat tanggung jawab dari PKBSI pada anggotanya, terdapat upaya mereka.
Prinsip kita, sesama badan pelestarian di Indonesia itu janganlah cocok senangnya tok. Cocok susahnya jika dapat silih menolong. Hingga mereka( ladang fauna di Semarang, Garut, serta Area) kirim pesan ke kita( Ladang Fauna Bahagia Dunia di Yogya) memerlukan dorongan, kita samakan dengan yang terdapat di kita.
Setelah itu aku memandang kalau ini pertanyaan manajemen. Maksudnya, bisa jadi sehabis 3 bulan itu, agaknya ia sedang terdapat spare satu bulan lagi, 4 bulan bisa jadi. Tetapi itu kan situasi kritis. Jika COVID- 19- nya sedang lalu bertumbuh, siapa ketahui betul kan?
Alhasil aku menganjurkan wajib terdapat persediaan anggaran untuk manajemen binatang buas yang terdapat di ladang fauna. Inilah yang berarti dari PKBSI. Ia wajib menghimpun. Kan tidak seluruh ladang fauna tidak memiliki uang. Terdapat pula ladang fauna yang lumayan, apalagi memiliki dana banyak. Ilustrasinya Halaman Ekspedisi. Halaman Ekspedisi itu kan terdapat banyak—di Bali, 2 di Jawa Timur, di Cisarua, itu kan luar lazim pemasukannya. Tiap tahun demikian puluh miliyar.
Itu, jika digerakkan PKBSI, hingga wajib terdapat share di antara mereka yang memiliki keunggulan. Pada suasana mengidap, mestinya ia wajib membagikan keunggulannya pada kawan- kawan ladang fauna yang membutuhkan.
PKBSI pula wajib membagikan bimbingan. Aku memandang( ladang fauna) ini merupakan tidak main- main nih, kritis amat sangat.
Bagaimana Anda melihat tata kelola kebun binatang di Indonesia saat ini?
Terlebih dengan COVID- 19 ini, lampu merah, sebab lalu jelas aja, mereka lebih mengutamakan ekonomi dari manajemen ladang fauna. Lebih banyak duitnya saja masuk, era bego dengan satwanya. Binatang selaku subjek, kan. Jadi paling- paling orang masuk, terlebih cocok Idulfitri.
Apa yang harus diperbaiki?
Awal kali arahnya ke pertanyaan manajemen. Maksudnya, terdapat ataupun tidak terdapat wabah, manajemen tidak berganti. Manajemen pakan, jumlah orang yang ngurusin, mutu pakan, mutu air, jam buat mensterilkan kandang, janganlah berganti.
Jika orang berganti dapat cari- cari( pemecahan). Jika mereka( binatang), ingin gimana coba?
Ini pertanyaan berkecukupan anggaran. Tidak terdapat wisatawan masuk, tidak terdapat pendapatan. Tetapi itu janganlah jadi alibi. Janganlah bilang,“ Aku tidak terdapat uang.” Ia sempat profit kenapa. Okelah 3 bulan cedera, tetapi kan profit demikian tahun, uangnya ke mana?